Kafetaria Punya Cerita : Antara Lilin, Cermin, dan Dirimu


   Di antara tetesan air yang jatuh diantara daun yang terdapat di kafetaria ini aku mencoba menulis sebuah cerita pendek. Cerita ini terinspirasi oleh tempat ini yang penuh dengan lampu berwarna kuning tetapi terasa suram diantara canda tawa mahasiswa. Sambil ditemani lantunan nada dari lagu yang berjudul Valkyrie yang dibawakan oleh Varien ft Laura Brehm aku menulis cerita ini. 
***


   Berjalan dengan tatapan kosong tanpa arah meninggalkan bayangan yang berubah menjadi asap hitam dibelakang dengan tegas. Setiap langkah terseret cukup keras hingga dapat membuat jejak layaknya menggerakkan kuas di atas kanvas.  Terasa kaku tangan ini saat ingin menggapaimu, hanya dapat melihat punggung dan rambutmu. Sekarang tangan ini terasa ringan, saat hampir dapat menggapaimu kau mundur dan berada tepat satu detik dibelakangku. Tidak mungkin dapat rasanya menggerakkan jari untuk menyentuh jarum jarum tersebut agar mundur kembali.

   Lorong ini masih terasa suram meskipun diterangi api yang terlihat menari bersemangat yang berasal dari lilin yang menggantung diatas sebuah impian. Masih melangkah kaki ini saat kemudian berhenti menatap cermin cermin kehidupan yang berderet memenuhi tempat ini. Terpaku hati ini saat melihat ekspresi yang ada didalamnya. Senyum, tangis, marah, hingga ekspresi yang datar tergambar didalamnya. Saat berkedip satu persatu cermin tersebut pecah dan hancur berserakan di lantai.

   Aku mengambil setiap kepingan cermin tersebut akan tetapi semuanya berubah menjadi debu yang tidak dapat tergenggam. Debu tersebut kemudian berkumpul menjadi satu dan menjadi sebuah sosok yang aku kenal. Engkau berbicara tetapi tak satu pun kalimat yang terdengar. Tetapi saat tanpa ekspresi aku dapat melihat setitik senyum yang tergambar. Kau menggenggam tanganku dan jari ini saling menyatu. Kemudian ragamu mengantarku melewati lorong yang penuh dengan senyap tetapi membuat rindu. Kau mengantarku menuju sebuah pintu yang dihiasi bunga mawar berwarna putih. Aku buka pintu tersebut dan hal itu membuatmu tertiup angin dan kembali menjadi debu. Aku tutup pintu tersebut tetapi tidak dapat menutup dengan sempurna. Ada sesuatu yang mengganjal di pintu tersebut.

   Aku masuk kembali dan ternyata dirimu berada dibelakang pintu sambil membawa sebuah kunci. Engkau memberikan kunci tersebut kepadaku tanpa kata dan kemudian aku melangkah keluar saat pintu tersebut tertutup sempurna. Terdapat sebuah gantungan yang terbuat dari kertas di kunci tersebut. Aku membuka gulungan kertas tersebut, dan terdapat kalimat didalamya.

Duniaku sangat berbeda denganmu, meskipun mereka bilang jika sebuah perbedaan akan saling mengisi tetapi kita tidak akan pernah satu. Janganlah kau masuk kesini  jika kau mengharapkanku seperti ini. Kunjungilah aku sebagai seorang teman, seorang sahabat, ataupun sebagai seorang kakak.”


   Aku memasukkan kunci tersebut di saku kehidupanku dan kemudian melangkah dengan mata tertuju ke sebuah matahari yang terbit dan menghangatkan seluruh kalbu. Aku menoleh kebelakang dan engkau tersenyum dibalik pintu.

Komentar