Kafetaria Punya Cerita : Saat Nanti Bertemu Dirimu



Malam ini aku mencoba menulis sebuah cerita pendek di kafetaria ini. Cerita ini sangat terinspirasi oleh lagu yang berjudul ” How” yang dinyanyikan oleh Regina Spektor. Lagu ini aku dapatkan dari seorang teman yang bernama Citra Nurul Fahmi. Lagu ini sangat indah dengan melodi yang sangat lembut untuk didengar.
***
Badan ini penuh dengan pasir dan debu nostalgia dirimu. Setiap butir masuk kedalam raga dan jiwa dengan utuh. Aku berdiri menghadap matahari terbenam sambil menatap kearah sebuah lampu yang cahayanya berwarna kuning cerah ditengah kerumunan realita yang berjalan melewati dengan terarah. Kemudian titik demi titik air hujan turun dari birunya angkasa dan menghidupkan kembali sekumpulan bunga mawar berwarna putih yang tadi layu. Tetapi hujan ini juga menghapus debu dan pasir nostalgia yang pernah terjadi dahulu.

Mawar putih tersebut tumbuh dan kemudian menyatu menjadi sebuah bangku dibawah sebuah lampu yang tegak berdiri. Disaat orang lain berteduh dari ini semua engkau tetap berada disitu. Sepasang mata ini melihatmu berdiri ditempat itu sambil merenggangkan kedua tanganmu kesamping dan menghadap keatas. Engkau terlihat sangat menikmati keadaan ini. Dengan mata terpejam engkau menghayati setiap tetasan air yang turun ke pipimu yang kemerahan.

Aku membuka payung berwarna hitam tetapi kau terlihat menangis diantara hujan. Ketika aku menutup payung tersebut dan membuangnya kedalam lubang masa lalu engkau kemudian tersenyum dan mengajakku lebih dekat kearahmu. Raga ini berjalan dengan pelan tetapi penuh kepastian agar bisa mendekat kedalam kehidupanmu.

Pada akhirnya aku dapat menggenggam tanganmu, kugenggam dengan erat setiap jarimu dibawah hujan yang setiap detiknya semakin deras. Kita berdua kemudian duduk dibangku yang berada dibelakang kita sambil kedua tangan ini masih menyatu. Kita menikmati setiap tetesan air yang jatuh ke tanah yang menimbulkan aroma yang menenangkan tanpa mengeluarkan kata dari bibir kita. Entah mengapa didalam sunyi ini rasanya aku bisa mengerti dirimu lebih dalam.

Saat masih terdiam dirimu kemudian mengambil setangkai bunga mawar tersebut dan membuat bangku ini perlahan menghilang. Aku mengajakmu berdiri karena bangku tersebut sudah benar benar hilang, ngkau menatap kepada seorang gadis yang ada dibelakangku. Gadis tersebut terlihat tersenyum sambil memandang kepada kita berdua, sebuah senyum lembut indah kehidupan.

“Siapakah gadis yang ada dibelakangmu?” tanyamu sambil menatap kedua mataku dalam dalam 
“Suatu saat engkau akan tahu siapa dia” jawabku 
“Apa maksudmu? Apakah suatu saat nanti kita akan bertemu lagi?” tanyamu lagi kepadaku 
“Suatu saat aku yakin aku akan bertemu dirimu lagi” kataku 
“Apakah kamu mencintai gadis tersebut”? 
“Aku sangat mencintai gadis tersebut” jawabku lagi sambil masih memegang kedua tanganmu

Kau terdiam sambil memejamkan mata beberapa saat. Kemudian tanganku memegang pipi sebelah kananmu yang berwarna kemerahan.

“Aku sangat mencintai gadis tersebut dengan seluruh hidupku dan kamu juga akan mencintai gadis tersebut sepenuh hati. Karena suatu saat nanti gadis tersebut akan memanggilmu dengan sebutan ibu dan memanggilku dengan sebutan ayah.” kataku kepadanya

Hujan mulai mereda dan engkau kemudian perlahan menghilang pergi disaat matahari mulai muncul dari mendung. Aku kemudian menatap ke langit dimana pelangi yang indah muncul.




Komentar