Tidak terasa sudah sangat lama
aku tidak menulis tentang cerita cerita yang terjadi di kafetaria UB. Hal ini
dikarenakan colokan listrik yang mati selama hampir setengah tahun lamanya. Aku
sudah mencoba untuk complain melalui web resmi E-Complain tetapi tidak ada
tanggapan sama sekali. Seakan masalah ini hanya sebuah angin lalu yang tidak
menarik untuk ditanggapi. Banyak mahasiswa mengalami kesulitan dalam
memanfaatkan fasilitas dengan nyaman. Banya dari mereka berkata “Mosok mbayar
larang larang gak oleh colokan”.
Kali ini aku akan mencoba
bercerita tentang tempat yang tidak jauh dari kafetaria UB, tempat ini dikenal
oleh mahasiswa dengan nama “Samping JPC”. Tempat ini memiliki kemiripan dengan
kafetaria UB namun disini udaranya sangat dingin saat malam. Internet di tempat
ini cukup lancar meskipun tidak terlalu stabil dibandingkan dengan kafetaria
UB. Disini kebanyakan “dihuni” oleh anak anak kedokteran untuk mengerjakan
tugas maupun bercengrama karea tempat ini berada tepat di samping fakultas
mereka.
“Selamat
Malaaaammm”
“Kami dari ……. ingin melakukan
penggalangan dana untuk acara kami pada tanggal…”
“Kami akan mempersembahkan sebuah
lagu, selamat mendengarkan”
Itulah beberapa patah kata yang
hampir setiap malam didengar oleh para mahasiswa yang sedang duduk di tempat
ini. Kata kata tersebut berasal dari para mahasiswa yang sedang melakukan
penggalangan dana untuk acara mereka. Para mahasiswa tersebut berasal dari
beberapa fakultas yang ada di universitas ini. Berbagai lagu telah dinyanyikan
oleh para mahasiswa tersebut, namun ada satu lagu wajib yang biasanya mereka
nyanyikan, yaitu lagu berjudul “Kangen” dari Dewa 19. Begitulah beberapa
kegiatan yang ada di tempat ini.
Aku duduk menatap laptop untuk mengerjakan
skripsi sambil menghisap rokok untuk mengusir hawa dingin. Satu kaleng minuman
soda yang aku beli dari minimarket dekat UB juga menemani malam ini. Biasanya segelas
cappuccino menemaniku tetapi akhir akhir ini jarang sekali penjual tersebut
menjual minuman hangat. Pihak kampus melarang orang orang tersebut untuk
berjualan karena beberapa alasan.
Mas irul, adalah nama seorang penjual minuman dan
makanan yang biasa aku beli. Dia kini hanya menjual donat dan aneka roti. Donat
dan roti tersebut berada di kotak mika berukuran sedang dan ada kotak kecil
sebagai tempat uang. Dia menyebutnya sebagai “kantin kejujuran”.
Ada cerita yang cukup kelam
dibalik para penjual makan dan minuman di tempat ini. Mas Irul pernah bercerita
jika saat berjualan di tempat ini banyak sekali persaingan yang terjadi secara
tidak sehat. Ada sebuah komplotan yang terdiri dari beberapa orang yang
biasanya mencuri uang yang berada di kotak makanan tersebut. Anggota komplotan
tersebut bukan berasal dari mahasiswa UB namun berasal dari beberapa tempat.
Komplotan ini biasanya beroprasi di sekitar perpustakaan UB dimana terdapat
para penjual yang menyebar kotak kotak dagangan mereka. Pernah beberapa waktu
lalu hampir tertangkap oleh satpam yang berada di depan perpustakaan UB. Ada
juga komplotan yang tertangkap basah dan diberi pelajaran oleh para penjual.
“Lah yo kok tego, dodol soro soro
malah dijupuki duit e” kata mas Irul sambil memegan tablet berukuran sedang.
Itulah beberapa cerita di tempat
ini yang banyak orang tidak mengetahuinya. Para penjual ini sebetulnya
memudahkan mahasiswa untuk mencari makanan dan minuman saat sedang mengerjakan
tugas maupun mengobrol santai di tempat ini. Meskipun tidak dipungkiri juga
terdapat efek negative seperti kebersihan tempat.
Komentar
Posting Komentar